Coklat Stroberi: Antara Film dan Kenyataan


coklat-stroberi.jpg

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Beberapa hari yang lalu, tepatnya Jumat 15 Juni 2007, saya seperti mendapat ‘bisikan’ untuk menonton film berjudul “Coklat Stroberi”. Tanpa mesti terlalu banyak pertimbanga, hari itu juga saya langsung pergi ke 21 terdekat. Saya sempat berbohong; bilang mau pergi kuliah. Padahal sebenarnya hari itu memang tidak ada jadwal kuliah. Dan saya sempat takut kebohongan itu akan berbuah petaka. Tapi untungnya malah berbuah bahagia.

 

 

 

Jujur, niatan saya memang untuk pergi nonton (catatan: nonton sendiri dengan duit sendiri—tetep pemberian orang tua). Karena seperti ada kesan kalau saya ini ‘cowok bayaran’ yang artinya pelit, ga mau rugi, ga mau keluar duit kalau jalan. Ya, untuk kasus-kasus tertentu hal itu memang berlaku. Tapi jangan selalu samakan saya dalam berbagai kesempatan, pliiiss!!! Saya juga manusia yang punya kemaluan besar. Jadi, niat saya kali ini memang pergi nonton sendiri dengan uang sendiri.

 

Memang dasar rezeki, tidak disangka dan tidak diduga, kasir loket bioskopnya itu adalah teman dekat sepupu saya. Singkat kata singkat cerita, saya mendapatkan free pass nonton Coklat Stroberi.

 

“Nanti kamu masuk Studio 5, jam 2.55, tempat duduknya C5!”

 

Semuanya berakhiran angka 5! Gerangan ada apa dengan angka 5? Perasaan, ramalan bintang saya minggu kemarin tidak menyebutkan angka 5 sebagai angka keberuntungan. (plis deh, hare gene maseh percaya ramalan bintang?!)

 

KEREN! Cuma satu kata itu yang bisa mewakili film Coklat Stroberi. Sumpah! Ga rugi nonton tuh film, ga rugi ngeluarin duit… eh, maksudnya kalau misalnya tadi bayar Rp. 15.000 juga ga bakalan rugi.

 

Ceritanya dimulai saat Key (Nadia Saphira) dan Citra (Marsha Timothy) kelabakan membayar uang kontrakan. Pemilik kontrakan yang diperankan Tike Priatnakusuma itu akhirnya mengambil sikap, bahwa untuk meringankan beban biaya kontrakan mereka, perlu dimasukkan dua orang penghuni baru di rumah itu. Dan ternyata dua penghuni baru itu adalah Nesta (Nino Fernandez) dan Aldy (Mario Merdithian) yang menyimpan rahasia tersendiri. Konflik dibangun saat Key dan Nesta saling jatuh cinta dan Aldy yang cenderung posesif menyimpan kecemburuan mendalam akan kedekatan Key dan Nesta. Sementara Citra yang mati-matian mencari perhatian Aldy malah diabaikannya.

 

Lalu, Coklat Stroberi? Coklat itu mewakili sikap cowok yang maskulin dan umumnya macho. Sedangkan stroberi adalah tipikal cowok yang berhati pinky, lemah gemulai, dan cenderung feminin. Hingga muncullah pertanyaan: Lu Coklat? Stroberi? Atau Coklat Stroberi?

 

Film ini memberikan kita sedikit pelajaran tentang hidup. Maknanya lumayan dalem juga. Dan menariknya, gaya penyampaiannya cenderung lugas dan ringan sekaligus dibumbui candaan segar yang menghibur. Mesti nonton deh, baru ngeh. Lumayan, buat perbendaharaan pembelajaran tentang hidup. Jangan dilihat dari segi homoseksualnya. Tapi justru dari sisi-sisi kemanusiaannya. Ada hal-hal yang memang tidak tersentuh dengan kata-kata semata melainkan kepekaan rasa.

 

Tapi semenarik dan sekeren apa pun film ini, tetap Ada Apa dengan Cinta? juaranya. Dian Sastro emang The Best. Melly Goeslaw paling yahut!

 

Nyambung ke Coklat Stroberi. Tadi waktu di angkot, ada seorang anak yang cukup menarik perhatian kita, para penumpang. Saya yakin, dalam benak masing-masing tumbuh sebuah tanya: anak ini laki-laki atau perempuan? Wajahnya imut, manis, dengan tekstur dan raut halus serta berwarna terang. Tubuhnya juga tidak kalah imut. Rambutnya hanya sedikit mengintip dari topi sweaternya yang lumayan besar hingga menutupi sedikit bagian bawah tubuhnya yang membuat sebagian orang bertanya-tanya, anak ini mengenakan rok atau celana? Saya sempat melihat waktu anak itu masuk dengan teman lelakinya yang nampaknya satu SMP dengannya, anak itu memakai celana biru, seragam sekolahnya. Tapi tetap tanya itu ada. Anak itu memang seperti anak perempuan. Dari cara bicaranya yang lembut, caranya memainkan ekspresi muka hingga cara duduknya yang merapat dan menyamping memberi tanda kalau dia seorang wanita.

 

Wallahu’alam… siapa dia. Yang jelas dia hanya seorang manusia dengan segala kurang dan lebihnya. Coklatkah, stroberikah atau coklat stroberikah dia, tentunya bukan urusan kita, apa lagi saya.

 

Tapi, dia itu sebenarnya laki-laki atau perempuan???* * *

(Selasa, 19 Juni 2007 22:02:12)

13 thoughts on “Coklat Stroberi: Antara Film dan Kenyataan

  1. coklat sebagai image cowok… hm.. kok agak agak dipaksakan ya? kopi biasanya ya cowok. jarang sekali aku liat cowok suka coklat. ^^ well, thanks dun, aku sempet tertarik dengan judulnya karena ada kata2 stroberi… agak2 cinta mati gitu deh aku sama stroberi

  2. Gila ni film keren abis……Pokoke bagi kalian pecinta fim yang seru,lucu,menghibur, dan tidak membodohi wajib nonton ni film…
    Film ini mengajarkan banyak pelajaran bahwa gay itu ada di dunia.Jangan kalian mengucilkanya…Mereka sama kayak laki-laki normal seprti nino fernandes yang maskulin tapi bisex.
    Pokoknya film keren bgt…Mudah2an jadi box office diindonesia.

  3. aku liatnya si masih tanggung
    gmn kl ceritanya jd gini

    nesta naksir ama ce tetangganya aja, n jadian ama cewek yg ga tau dia begitu

    Key n temennya itu tdnya rebutan nesta, akhirnya jd sahabat aldi n nesta

    Aldi tetep jadi G ama Fauzi Baudilla

    jadi masih masuk akal kl cewek itu jadi ama nesta

    yg nulis cerita gue saranin pk logika dikit
    soalnya ce mana yg masih suka ma co yg pernah bobo ama co?
    ce aneh kaliiiiiiiiiiiii

    n gue liat ceritanya agak blur dikit , pas ditengah ga jelas Key msh mo kerja di sinetron or jadi waitress terus

    ehm, masih mending seh, dari pada nonton setan indonesia, mending nonton ini.
    n gue liat nesta ga ada chemistrynya ama aldi
    yg jadi aldi lebih pas, lebih explore diperannya

    gay yg kaya nesta ada, cuma kl dia ga mau orang tau dia begitu, knapa juga sekamer ama aldi yg ketahuan gemulai?

    kl kata gue yg cocok pasangan rizky hanggono n fauzi baadilla
    rizky nya tertutup, fauzinya cocok jadi peran gay, matanya jelalatan
    heheheh

    adee_carey@plasa.com

  4. giiillleee………..ne flm bgs n seru banget dch……….di tambah musik y keren2 abiiizzzzzz produser n bintangnya emang toooop dch……apa lagi nino keeeeerrrreeeeennnn abiiiiiizzzzzz dch….sukses yea nino..

  5. Kta aq seH nE fiLm Lumayan,dRi pada nTn seTan mending nTn in!
    Tp sayang film in tuH keBanyaKan pRoduk bRgny,jd kya maw juaLan bukan fiLm!!
    Tp bwt keSeluRuhan yawH Lumayan laH..

  6. aku kurang suka dengan Nesta, okelah kalo dia emang mau move on, tapi jangan boongin Aldi ma Key jugakan, paling gak dia putusin Aldi dulu, baru jadian ama Key, bukannya malah macarin dua2nya dan melukai Aldi dengan bermesraan didepannya… dan apapula maksudnya bilang selama 2 tahun pacaran ama Aldi dia diliputi keraguan, kalo ragu napa diterusin nyampe 2 tahun?
    untungnya Aldi ngedapetin seseorang yang gak malu comeout bersamanya macam Dani, jadi dia bisa menjadi dirinya sendiri didepan oranglain, gak perku jaim seperti dulu saat bersama Nesta…
    tapi overall filmnya bagus sih, semua berakhir happy ending…

Tinggalkan Balasan ke niiapanpan Batalkan balasan